251202 — Penjelasan story RM
Foto-foto tersebut menampilkan dua halaman dari sebuah buku filsafat/teori kritis berbahasa Korea. Bagian yang digarisbawahi membahas makna rasa sakit, penderitaan, keberadaan bersama, cinta, dan seni, serta merujuk pada gagasan Theodor Adorno, seorang filsuf terkenal dari Mazhab Frankfurt.
Tema utama
Teks tersebut berpendapat bahwa keberadaan yang sejati, cinta, dan hubungan yang bermakna hanya mungkin jika seseorang mampu merasakan dan menanggung rasa sakit. Rasa sakit digambarkan sebagai sesuatu yang membangunkan manusia pada kenyataan, menghancurkan kebersamaan yang dangkal, dan memungkinkan adanya hubungan yang tulus.
Ringkasan foto atas (1)
Di foto 1 dijelaskan bahwa:
❶ Ketika manusia bisa menahan rasa sakit, kehadiran mereka dapat menjadi benar-benar autentik.
❷ Tanpa rasa sakit, kita tidak bisa melihat dunia dengan benar atau membangun hubungan yang bermakna.
❸ Hidup tanpa rasa sakit memang nyaman, tetapi menjadi kosong dan menghasilkan hubungan yang dangkal.
❹ Hubungan yang benar-benar hidup pasti mengandung rasa sakit.
❺ Hubungan yang benar-benar hidup pasti mengandung rasa sakit.
❻ Kebersamaan yang mekanis dan tak bernyawa tidak menimbulkan rasa sakit karena tidak ada hubungan yang sungguh-sungguh.
❼ Rasa sakit untuk membedakan hubungan yang hidup dari yang mati.
❽ Orang-orang modern cenderung menghindari hubungan yang menyakitkan dan hanya mencari situasi yang nyaman serta bisa mereka kendalikan.
❾ Karena hal ini, cinta kehilangan kedalamannya dan menjadi dangkal.
Ringkasan foto bawah (2)
Di foto bawah, pembahasan beralih ke seni dan filsafat Adorno.
❶ Para seniman di masa lalu cenderung menolak komersialisasi (hubungan yang di publish)
❷ Adorno mengatakan bahwa seni seharusnya memberikan semacam "kejutan" atau "guncangan" yang mampu membuat manusia tersadar.
❸ Seni yang baik justru mengusir, mempermalukan, menantang, atau bahkan "menyakiti" penontonnya.
❹ Seni hidup berada di tempat yang asing, bukan di tempat yang nyaman.
❺ Rasa sakit yang ditimbulkan oleh seni membuat kita bisa melawan dunia yang dikuasai oleh keseragaman.
❻ Seni yang sejati mampu memecahkan kebosanan dan rutinitas hidup sehari-hari.
❼ Adorno menggambarkan kebisingan atau gangguan dalam seni sebagai "bentuk yang paling awal dari citra yang estetis."
❽ Orang yang menghindari semua bentuk penderitaan akan terjebak dalam kehidupan yang monoton dan terasa seperti sebuah objek.
❾ Kita hanya dapat hidup dengan autentik ketika ada sesuatu yang mengganggu keseragaman itu.
❶⓿ Tanpa gangguan yang seperti itu, kita akan tetap berada dalam "mereka yang dari serba sama."
Terjemahan foto atas (1)
Jika ada rasa sakit, maka kesinambungan ikatan itu dapat menjadi lebih kuat dan semakin dalam.
Dan manusia benar-benar hadir hanya ketika mampu menanggung rasa sakit — sadar atau tidak, ia telah mencintai melalui rasa sakit.
Baru saat itulah matanya terbuka pada kerumitan dunia. Ketika seseorang bisa menahan rasa sakit, keberadaannya melampaui sekadar hidup berdampingan secara mekanis atau sekadar berbagi ruang, dan berubah menjadi kebersamaan yang benar-benar hidup.
Tanpa rasa sakit, kita tidak mencintai dan tidak benar-benar hidup.
Hidup hanya menjadi kenyamanan yang dijalani demi kemudahan semata.
Hanya hubungan yang hidup — kebersamaan yang nyata — yang bisa menimbulkan rasa sakit.
Sebaliknya, kebersamaan yang mati, yang hanya bersifat fungsional, tidak memberi rasa sakit, bahkan ketika ia runtuh.
Rasa sakitlah yang membedakan kebersamaan yang hidup dari kebersamaan yang mati.
Rasa sakit adalah kesinambungan.
Siapa pun yang menolak setiap situasi yang menyakitkan tidak akan mampu membangun hubungan yang dalam dan berkelanjutan.
Hari ini, kita justru menghindari hubungan yang mungkin membawa rasa sakit.
Segalanya terjadi di dalam zona nyaman yang serba terbatas, tempat rasa sakit selalu dihindari.
Dalam In Praise of Love, Alain Badiou mengutip sebuah iklan kencan daring:
“Jatuh cinta tanpa risiko sama sekali itu sangat mungkin!”
Di dunia tanpa rasa sakit, ‘yang lain’ menghilang, dan orang lain hanya menjadi objek yang diseksualisasi.
Terjemahan foto bawah (2)
Para seniman tidak menjaga jarak dari hal-hal komersial tanpa alasan.
Perkataan Adorno bahwa seni adalah “kejutan bagi dunia” masih relevan sampai sekarang.
Kalau Adorno benar, maka seni yang bagus harus bisa mengguncang kita.
Seni seharusnya membuat kita malu, terusik, bingung, bahkan terasa menyakitkan.
Seni berada di tempat yang berbeda.
Rumah seni bukan tempat nyaman, tapi ruang yang terasa asing.
Dari rasa asing itulah seni lahir.
Rasa sakit adalah momen ketika “Yang Benar-benar Lain” memasuki diri kita.
Melalui sifat negatif yang dibawa oleh Yang Lain itu, seni bisa menjadi bentuk perlawanan terhadap dunia yang serba patuh dan tunduk.
Sebaliknya, hal yang hanya memberi kepuasan tanpa henti biasanya hanyalah pengulangan dari hal yang sama.
Menurut Adorno, suara bising adalah “bentuk estetika yang paling awal.”
Kebisingan menandai masuknya Yang Lain.
Kesadaran yang tidak bisa terguncang adalah kesadaran yang sudah menjadi barang komoditas.
Kesadaran seperti itu tidak lagi mampu benar-benar mengalami sesuatu.
“Rasa sakit muncul ketika seseorang menyesuaikan diri dengan Yang Lain yang sebenarnya memang melekat dalam dirinya,”
karena pengalaman pada dasarnya memang mengandung rasa sakit.
Hidup yang menolak segala bentuk penderitaan adalah hidup yang sudah menjadi komoditas.
Hanya lewat “guncangan dari Yang Lain” seseorang bisa benar-benar hidup sebagai makhluk yang hidup.
Tanpa guncangan seperti itu, kita tidak bisa lepas dari neraka keseragaman.


Comments
Post a Comment